Postingan

Laboratorium Penguji Kejujuran

              Winda  dan Dino dulunya sahabat karib. Rumah mereka bersebelahan. Hanya dibatasi tanaman acalypha siamensis   setinggi semeter. Tanaman yang sering disebut teh-tehan itu ditanam segaris hingga membentuk pagar hidup. Usia perempuan manis berambut panjang itu terpaut tujuh bulan lebih muda dibanding umur Dino. Ia dilahirkan di saat   Dino   sudah bisa merangkak cepat. Sejak kecil mereka selalu mengisi waktu bersama. Namun empat bulan belakangkan ini, tepatnya seminggu sebelum kenaikan   kelas, hubungan mereka menjadi renggang. Winda memang berusaha menjauhinya, bukan karena sahabat karibnya sering pinjam alat tulisnya dan lupa mengembalikannya. Melainkan karena Dino suka berbohong padanya. Tidak hanya itu, laki-laki berpostur tinggi dan langsing itu juga sering membullynya . Dan yang lebih menyakitkan, Winda pernah difitnah di depan kelas. “Winda, bolehkah aku bertanya sesuatu?” kata Tedi. “Boleh saja, tentang apa?” sahut Winda. “Dino di rumah juga sering berbohon

Rangkaian Listrik dari Singkong

                 “Pembagian kelompok macam apa ini!” teriak Dirga sambil menggebrak bangku yang ada di depan Budi. Dengan muka merah ia pergi meninggalkan teman-temannya yang sedang musyawarah, tanpa mengucapkan salam. Peristiwa itu terjadi pada jam istirahat, saat murid-murid kelas VI SD Penggerak sedang terlibat dalam sebuah diskusi yang dipimpin oleh ketua kelas, Budi.   Pak Anton, guru  IPA di sekolah unggulan itu sebelumnya memberikan tugas untuk membuat prakarya yang wajib dikerjakan berkelompok. Setiap kelompok mengerjakan tugas  berbeda. Ada yang praktek mencangkok, membuat kerajinan dari barang bekas, dan membuat rangkaian listrik, baik seri maupun paralel. Ia menghendaki agar delapan belas peserta didik kelas VI dibagi menjadi tiga kelompok, sehingga masing-masing beranggotakan enam siswa. Pembentukan kelompok diserahkan sepenuhnya kepada siswa-siswi. Budi, ketua kelas yang terkenal karena bijaksana, dipercaya untuk memimpin jalannya diskusi. Budi segera membentuk kelom

Sepeda Impian Menghantarkanku Menggapai Mimpi

Gambar
            “Betapa senangnya aku jika bisa naik sepeda,” gumamku dalam hati ketika melihat teman-temanku bermain sepeda di sebuah taman di dekat balai desa. Sudah beberapa hari ini kulihat teman-temanku bermain sepeda setiap sore. “Aku bisa bermain lebih asyik bersama teman-teman. Aku juga tidak capek bila disuruh ibu membeli minyak di toko  kelontong pojok lapangan. Bahkan, pasti lebih cepat jika aku ke sana naik sepeda.” Khayalan seperti itu berulang kali ada dalam benakku.          Impianku untuk bisa naik sepeda sebenarnya sudah lama, ketika aku masih berumur dua tahun. Tepatnya semenjak aku mengenal lagu “Kring kring ada sepeda” ciptaan Bu Kasur yang sering kulihat di televisi. Aku sempat beberapa kali mencoba naik sepeda roda tiga saat menjadi peserta didik di PAUD sebelah rumahku. Meskipun hanya sebentar karena jam istirahat tidak lama. Belum lagi harus bergantian dengan teman-temanku. Terkadang aku rela pulang terlambat demi memuaskan keinginanku, yakni bermain sepeda lebih

Ekor Layang-layang Penyambung Tali Persabahatan

Gambar
  Bocah laki-laki gundul berperawakan kurus itu nama panggilannya Andra. Saat ini Andra berumur 10 tahun. Ia duduk di bangku Sekolah Dasar, kelas 3. Andra selalu mengenakan gelang tali warna hitam yang melingkar di tangan kanannya. Gelang hadiah ulang tahun dari sepupunya itu biasa dilepas saat mandi agar tidak basah terkena percikan air.  Gelang tersebut seolah menjadi identitas sehingga orang cepat mengenalinya. Teman-teman yang selalu bersamanya tidak satupun yang mengenakan gelang seperti punyanya.  Mungkin gelang itu akan dilepasnya kelak saat sekolah sudah tatap muka. Sekolah tempat Andra menimba ilmu melarang anak laki-laki memakai gelang. Sore itu seperti biasa Andra menggendong layang-layang dan mengayuh sepeda menuju ke  lapangan. Tampak keringat membasahi mukanya sehingga terlihat seperti habis cuci muka. Sebenarnya jarak rumah andra dan lapangan tidak begitu jauh. Namun jalanan menanjak dan ban belakang yang agak kempes membuat andra harus mengayuh sepeda lebih berat dari b

Kini Buku Anda Siap Terbit

Kini Buku Anda Siap Terbit! Anda ingin menerbitkan buku karya sendiri tetapi terkendala syarat di penerbit yang mengharuskan oplah minimal? atau dilayani mencetak sebuah buku tetapi harga cetaknya selangit? Selamat, kini Anda berada di jalan yang akan membawa Anda mencapai tujuan, MENERBITKAN BUKU SENDIRI. Tentunya sebuah kepuasan tersendiri ketika buku hasil karya kita telah terbit. Namun, kenyataan di lapangan kadang membuat penulis pemula minder menerbitkan buku. Hal itu dikarenakan harga cetak buku sangat mahal, belum lagi biaya editing, layout, dan desain sampulnya. Terlebih lagi jika kita ingin mengurus ISBN, akan menambah pengeluaran. Mungkin salah satu solusinya yaitu menghubungi penerbit mayor. Pertanyaannya, jika kita masih penulis pemula, seberapa besar kemungkinan buku kita diterima penerbit mayor? Para penulis senior pun kadang masih mengalami penolakan. Dan penolakan itu kadang menyakitkan jika kita tidak siap menerimanya. Melalui tulisan ini penulis dan tim berusah

Ayo Menerbitkan Buku!

Belajar Menulis Angkatan 14 Resume Kuliah Online WAG (Senin,   6 Juli 2020) Narasumber        : Bp Edi S. Mulyanta Penulis Resume                : Sih Anwar Suryono, S.Pd   Ayo Menerbitkan Buku!   Materi kuliah daring yang disampaikan bapak Edi malam ini berbeda dengan materi-materi pada kelas sebelumnya. Jika pada pertemuan-pertemuan sebelumnya berbicara tentang tata cara penulisan, malam ini diajarkan bagaimana cara menerbitkan buku. Hal ini dikarenakan narasumber   pada kuliah malam ini didatangkan dari Andi Offset, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan dan penerbitan buku. Pada kesempatan kali ini pak Edi menyampaikan dengan balak-blakan semua yang berkaitan dengan dunia penerbitan dari hulu hingga hilir. Seperti yang terjadi pada banyak perusahaan, dunia penerbitan juga   menghadapi sesuatu permasalahan akibat dari pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya. Tidak bisa kita pungkiri, pandemi saat ini betul-betul meluluh lantakkan semua bisni